http://www.ziddu.com/download/18571707/gagaljantung.DOC.html
SEMOGA BERMANFAAT
Jumat, 10 Februari 2012
Gangguan Pendengaran Akibat Bising
http://www.ziddu.com/download/18570630/GangguanPendengaranAkibatBising.ppt.html
semoga bermanfaat :)
http://www.ziddu.com/download/18570630/GangguanPendengaranAkibatBising.ppt.html
semoga bermanfaat :)
Power Point PO ATRESIA ESOFAGUS
http://www.ziddu.com/download/18570278/POATRESIAESOFAGUS.ppt.html
semoga bermanfaat :)
http://www.ziddu.com/download/18570278/POATRESIAESOFAGUS.ppt.html
semoga bermanfaat :)
Minggu, 29 Januari 2012
Striktur uretra
Pendahuluan
Penyakit striktur uretra telah ditemukan sejak dahulu sejak Yunani Kuno menulis tentang pembuatan drainase vesica urinaria dengan berbagai kateter.
Striktur uretra adalah penyempitan uretra karena berkurangnya diameter dan atau elastisitas uretra akibat digantinya jaringan uretra dengan jaringan ikat yang kemudian mengerut.
Striktur uretra dapat berasal dari berbagai sebab, dan dapat tanpa gejala atau muncul dengan ketidaknyamanan yang berat sebagai efek sekunder dari retensi urin.
Anatomi
Traktus urinarius terdiri atas kaliks mayor dan minor, pelvis renalis, ureter, vesica urinaria dan uretra.
Uretra merupakan suatu saluran fibromuscular yang dilalui oleh urin yang mengalir keluar dari vesica urinaria. Saluran ini menutup apabila kosong.
Uretra pada wanita adalah suatu saluran yang pendek dari vesica urinaria ke ostium uretra eksternal. Panjang 4 cm, terletak di bagian anterior vagina. Muaranya disebut ostium uretra eksternal, berada dalam vestibulum vagina, di ventralis dari ostium vagina, di antara kedua ujung anterior labia minora. Berjalan melalui diafragma pelvis dan diafragma urogenital.
Uretra pada pria termasuk kelenjar prostat, diafragma urogenital, korpus kavernosum uretra sampai bagian akhir glans penis. Mempunyai ukuran sepanjang 20 cm, terbagi atas uretra anterior dan uretra posterior.
Uretra anterior merupakan bagian uretra pria yang memanjang dari bulbus ke meatus di puncak glans penis, menembus korpus kavernosum. Bagian ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian bulbus, pendulous, dan paling distal, bagian glandular. Sedangkan uretra posterior merupakan bagian uretra yang berjalan dari vesica urinaria ke bulbus, dan terdiri dari pars membranous dan pars prostatika.
Pars prostatika berjalan menembusi prostat, mulai dari basis prostat sampai apeks prostat dengan panjang kira-kira 3 cm. 10 Bagian distal dari uretra pars prostatika sedikit lebih lebar daripada proksimal.
Pars membranous berada di antara lapisan diafragma urogenital. Merupakan bagian yang terpendek dan tersempit, serta kurang mampu berdilatasi. Memiliki panjang kira-kira 1-2 cm.
Pars kavernous berada di dalam korpus kavernosum penis, berjalan di dalam bulbus penis, korpus penis sampai ke glans penis panjang kira-kira 15 cm.
Etiologi
Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan striktur uretra :
„X Infeksi
Infeksi gonorrhea pada uretra biasa menjadi penyebab utama striktur uretra. Namun kini perkembangan antibiotik telah menyebabkan penurunan komplikasi infeksi gonorrhea.
„X Trauma eksternal, seperti trauma menunggang.
Hal ini terjadi bila benda yang keras mengenai dasar perineum seperti sepeda. Fraktur pelvis juga dapat menyebabkan striktur uretra. Saat ini trauma merupakan penyebab tersering striktur uretra.
„X Pembedahan terbuka atau endoskopik
Prosedur bedah yang melibatkan uretra dapat menghasilkan striktur. Walaupun jarang, pemasangan kateter juga dapat menyebabkan striktur.
Patologis
- Striktur uretra terjadi setelah perlukaan pada urotelium atau korpus spongiosum yang menyebabkan pembentukan jaringan parut.
- Fase dekompensasi yang timbul pada saat vesica urinaria berkontraksi menimbulkan residu urin yang memudahkan terjadinya infeksi.
Gejala Klinis
Gejala striktur uretra meliputi :
„X Penurunan kekuatan pancaran urin, yang merupakan keluhan paling sering.
„X Pancaran urin yang menyemprot, terjadi bila striktur dekat dengan ujung uretra.
„X Infeksi prostat, seperti prostatitis akut, kronik atau prostatitis non bakterial.
„X Infeksi epididimis, seperti epididimitis akut atau kronik
„X Infeksi vesica urinaria, seperti infeksi traktus urinarius.
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang umum dilakukan ialah uretrografi atau urethrocystography retrograd dan MCU.
I. Urethrocystography
Pemeriksaan urethrocystography ini diindikasikan setelah terjadi trauma, bila terdapat darah dalam urin serta dicurigai terjadi fraktur pelvis. Pemeriksaan tidak dilakukan bila terdapat infeksi uretra yang akut.
Pada urethrocystography bahan kontras dimasukkan dengan semprit yang ujungnya sesuai dengan meatus uretra eksterna, diisi sampai kontras masuk ke vesica urinaria.
Selain itu, pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan klem atau dengan cara memasukkan kateter kecil ke distal penis.
Pemeriksaan dengan cara memasukkan kateter, sebelumnya harus memasukkan anestetik lokal ke dalam uretra, dan setelah beberapa menit kateter Foley dimasukkan sampai balonnya terletak lebih kurang 1 cm dari lubang uretra. Kontras dimasukkan setelah balon dikembangkan.
Foto diambil pada waktu pengisian kontras dengan posisi antero-posterior, oblik kanan dan kiri. Oleh karena itu, si pemeriksa harus memakai apron dan sarung tangan Pb.
Pada gambaran urethrocystography, striktur uretra menyebabkan dilatasi uretra bagian distal dari obstruksi. Biasanya juga terlihat ekstravasasi kontras.
II. Micturating Cystourethrography
Pemeriksaan radiografi vesica urinaria dan uretra setelah pengisian medium kontras dan selama miksi. Vesica urinaria diisi melalui kateter (alternatif lain melalui pungsi vesica suprapubik) dengan medium kontras yang dapat larut dalam air dan telah dihangatkan sesuai dengan suhu tubuh sebanyak 150 ¡V 200 ml.
Vesica urinaria perlu diperiksa dari posisi anterior, lateral dan oblik untuk menemukan adanya fistula, divertikel atau ruptur.
Pemasukan medium kontras diatur dengan fluoroskopi intermitten.
Pada orang dewasa, vesica urinaria diisi dari botol yang diangkat setinggi 1 m di atas meja pemeriksaan dan pengisian dilanjutkan sampai penderita merasakan keinginan kuat untuk miksi. Jika mungkin, posisi miksi pada pasien pria yang paling mudah adalah posisi berdiri. Pasien wanita dapat duduk. Pengambilan foto radiografi selama miksi termasuk posisi oblik ureter distal, vesica urinaria dan uretra.
Selama micturating cystourethrography, uretra posterior terlihat dilatasi. Kadang tidak terlihat, tetapi karakteristik uretra posterior adalah gambaran suatu balon.
Diagnosis
Diagnosis pertama kali ditegakkan ketika pemasangan kateter melalui uretra tidak dapat dilakukan. Striktur dapat juga dicurigai berdasarkan gejala dan riwayat medik seseorang.
Diagnosis pasti dibuat dengan pemeriksaan yang dikenal dengan uretrografi retrograde atau urethrocystography.
Diagnosis pasti pada wanita adalah dengan bougie a boule, dengan tanda khas berupa hambatan pada waktu lepas.
Diagnosa Banding
Ruptura Uretra
Gambaran ekstravasasi kontras.
Penatalaksanaan
Pada pasien yang datang dengan retensio urin harus dilakukan sistostomi kemudian baru dilakukan pemeriksaan uretrografi untuk mengetahui adanya striktur uretra. Pada pasien dengan infiltrat urin atau abses dilakukan insisi, sistostomi, baru kemudian dilakukan uretrografi.
Bila panjang striktur uretra lebih dari 2 cm atau terdapat fistula uretrokutan, atau residif, dapat dilakukan uretroplasty. Bila panjang striktur kurang dari 2 cm dan tidak ada fistal maka dilakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse.
Komplikasi
„X Infeksi traktus urinarius
„X Fistula uretrokutan
„X Striktur uretra rekuren.
Pencegahan
Tindakan pencegahan yang paling penting adalah berhati-hati terutama dalam pemasangan kateter.
SENAM IBU HAMIL
suatu gerak/ olah tubuh yang dilaksanakan oleh ibu hamil sehingga ibu tersebut menjadi siap baik fisik maupun mental untuk menghadapi kehamilan dan persalinannya dengan aman dan alami.
RESUME FRAKTUR
BAB III
RESUME KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengelolaan pasien dilakukan pada tanggal 10-11 Juli 2006 diruang A3 Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Pada pengkajian tanggal 10 Juli 2006 jam 08.00 WIB didapatkan identitas klien bernama Tn S. berumur 50 tahun dengan jenis kelamin laki-laki bersuku Jawa Indonesia, klien beragama islam, pendidikan SLTP, bekerja swasta, alamatnya Perum Pepabri Pahlawan Bangsa Demak. Klien masuk rumah sakit tanggal 19 Mei 2006 jam 15.30 WIB dengan diagnosa medis Multiple Fraktur, bernomor Register 5298154. Sebagai penanggung jawab Tn S adalah Ny S berumur 44 tahun berjenis kelamin perempuan, suku Jawa Indonesia, beragama islam, pendidikan SLTA, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, beralamat di Perum Pepabri Pahlawan Bangsa Demak dia adalah istri klien.
Keluhan utama klien adalah Nyeri pada kaki kanannya dengan P: Nyeri disebabkan karena luka dikaki kanan bawah, Q: terasa senut-senut, R: kaki kanan bawah, S: skala nyeri 4, T: Nyeri dirasakan terutama saat bergerak.
Riwayat keperawatan klien yang sekarang adalah karena klien kecelakaan pada tanggal 19 Mei 2006 pada saat klien mengemudikan bus, ban bus bocor, lalu menabrak pohon, kemudian klien dibawa ke Rumah Sakit Kartini Jepara pada jam 11.00 WIB. Selanjutnya klien dirujuk ke Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang dengan diagnosa medis fraktur femur dextra, fraktur tibia sinistra, dan fraktur fibula sinistra. Pada tanggal 8 Juni 2006 dilakukan ORIF. Klien mempunyai riwayat Hipotensi. Ibu klien menderita Hipertensi, untuk keluarga klien yang lain tidak ada yang pernah menderita penyakit menular, keturunan maupun penyakit menahun.
Pada data pola fungsionalnya, pola persepsi dan manajemen kesehatan klien mengatakan sehat itu adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri. Apabila ada anggota keluarga yang sakit dibawa kepelayanan kesehatan terdekat.
Untuk pola nutrisi klien biasa makan 3-4 kali sehari dengan nasi, lauk, sayur kadang buah. Klien minum 7-8 gelas air putih dan es teh tiap harinya. Selama di rumah sakit klien makan 3 kali dengan porsi habis, kadang hanya setengah porsi. Klien minum 2 botol aqua 600 ml ditambah teh dan susu.
Pada pola eliminasi klien biasa BAB satu kali sehari dengan konsistensi lunak, warna kekuningan tidak ada darah. BAK 5-6 kali sehari warna kekuningan tanpa darah. Saat dikaji klien mengatakan BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi lunak, warna kekuningan tidak ada darah. BAK 3-4 kali sehari dengan warna bening kekuningan, tidak ada darah.
Pola aktivitas latihan saat dikaji klien duduk diatas tempat tidur, klien mengeluh kaki kanannya belum bisa digerakkan,apabila digerakkan/diangkat terasa nyeri kaki kiri bisa ditekuk. Untuk kebutuhan personal hygiene klien masih dibantu oleh keluarganya.
Pola istirahat tidur sebelum dirumah sakit klien biasa tidur 7 jam tiap malam harinya, klien tidak tidur siang. Selama sakit klien tidur siang 3 jam dan tidur malam 8 jam tetapi kadang terbangun karena nyeri yang dirasakan.
Pola persepsi sensori kognitif klien masih mengingat dan mengetahui hari dan tempat dia berada tetapi tidak hafal tanggal.
Pola persepsi konsep diri klien menganggap sakit yang dideritanya adalah sebuah musibah. Klien pasrah kepada Allah SWT terhadap sakitnya tetapi dia tetap berusaha untuk kesembuhannya.
Pola peran dan hubungannya klien mempunyai seorang istri dan 2 orang anak perempuan serta seorang cucu. Hubungan klien dengan keluarga dan teman-temannya tidak ada masalah.
Pola reproduksi dan seksual klien tidak dapat melakukan hubungan seksual dengan istrinya karena kondisinya namun klien tidak mempermasalahkannya. Pola koping individu klien selalu membicarakan masalahnya kepada istrinya. Pola keyakinan dan kepercayaan klien beragama islam. Sebelum masuk rumah sakit klien rajin sholat lima waktu tetapi selama dirumah sakit klien tidak menjalankan sholat karena menurut klien kondisinya tidak memungkinkan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 100/60 mmHg, suhu badan 37C, nadi 88 x/menit, RR 20 x/menit. Bentuk kepala mesocepal, rambut bersih beruban, tidak ada luka. Pupil mata isokor, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, reflek cahaya baik. Telinga klien simetris, tidak ada serumen. Hidung tidak ada polip, tidak ada sekret. Bibir klien tidak anemis, mulut bersih, tidak ada pembesaran tonsil. Pada leher tidak ada pembesaran limfa, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Thorak simetris, tegak. Inspeksi jantung tak tampak ictus cordis, palpasi ictus cordis teraba di inter costa empat, perkusi suara pekak, auskultasi tidak ada suara tambahan. Pada inspeksi paru-paru terdapat nafas vesikuler, simetris, pengembangan paru baik, palpasi tidak ada pembesaran paru, perkusi suara sonor, auskultasi tidak ada wheezing, ronchi tidak ada. Inspeksi abdomen bentuk datar, auskultasi peristaltic usus 10 x/menit, palpasi tidak ada pembesaran hepar dan ginjal, perkusi suara pekak. Pada genital bersih, tidak ada luka. Pada extremitas atas dan bawah tidak mengalami akral dingin. Kaki kanan bagian bawah terdapat luka basah, berdiameter 10 cm, ada pus, warna kemerahan, terdapat jaringan nekrotik, berbau. kekuatan otot kaki kanan 2, kaki kiri 3, kedua tangan 5. Kulit klien elastis, turgor baik, bersih.
Data psikologis pada status emosi klien stabil, tidak mudah marah, gaya bicara/komunikasi klien baik, dapat dimengerti, klien menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia dalam berkomunikasi dengan orang lain. Interaksi klien dengan orang lain baik tidak ada gangguan. Orientasi klien mampu mengingat hari, tempat dia berada, dan nama keluarganya tetapi tidak hafal dengan tanggal.
Data spiritual didapatkan klien beragama islam, dirumah sakit klien tidak menjalankan sholat lima waktu karena menurut klien keadaannya tidak memungkinkan. Klien terus berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya.
Pada pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan hematologi tanggal 23 Juni 2006 didapatkan hemoglobin 9,58 gr%, hematokrit 29,4 gr%, eritrosit 3,42 juta/mmk, MCV 86,20 fl, MCH 28,00 pg, MCHC 32,50 g/dL, leukosit 10,10 ribu/mmk, trombosit 499,0 ribu/mmk. Pada pemeriksaan kimia klinik tanggal 21 Juni 2006 didapatkan urea 36 mg/dL, kreatinin 0,85 mg/dL, albumin 2,3 gr/dL, pada elektrolit natrium 126 mmol/L, kalium 3,3 mmol/L, chlorida 98 mmol/L.
Program terapi pada tanggal 10 Juli 2006 klien mendapatkan Ciprofloksasin 2x500 mg peroral, vitamin B komplek 3x80 mg peroral, dan vitamin C 3x50 mg peroral.
B. Daftar Masalah
Pada saat pengkajian tanggal 10 Juli 2006 oleh penulis didapatkan 3 diagnosa keperawatan yaitu yang pertama adalah gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dengan adanya data subyektif klien mengatakan merasakan sakit pada kaki kanan bawah terutama saat digerakkan,skala nyeri 4, data obyektifnya klien terlihat meringis, terdapat luka di kaki kanan bawah.
Diagnosa yang kedua adalah gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan. Data yang mendukung adalah terdapat luka basah dikaki kanan bawah dengan diameter 10 cm warna kemerahan, terdapat pus, berbau, ada jaringan nekrosis.
Diagnosa yang ketiga adalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan kemampuan sekunder terhadap luka. Data yang mendukung adalah dengan data subyektif klien mengatakan kaki kanannya tidak dapat digerakkan, data obyektifnya klien berada di atas tempat tidur, kebutuhan ADL klien dibantu oleh keluarganya.
C. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan untuk diagnosa keperawatan yang pertama, gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan bertujuan untuk pengurangan nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan kriteria hasil pasien mengatakan nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks, skala nyeri 0. Untuk intervensi yang akan dilakukan adalah kaji tingkat, intensitas dan skala nyeri, ciptakan lingkungan yang tenang, ajarkan teknik relaksasi.
Untuk diagnosa yang kedua, gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan, intervensi ditujuakan untuk perbaikan integritas jaringan kulit setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan kriteria hasil terjadi proses granulasi, pus tidak ada/berkurang. Intervensi yang akan dilakukan adalah kaji kondisi luka, lakukan ganti balut 1 x sehari, anjurkan klien selalu menghabiskan program diet yang disajikan, kolaborasi pemberian vitamin C 3 x 50 mg peroral dan vitamin B complek 3 x 80 mg peroral.
Diagnosa yang ketiga adalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan kemampuan sekunder terhadap luka. Intervensi ditujukan untuk peningkatan mobilitas fisik setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan kriteria hasil kekuatan otot kaki kanan 3, klien dapat melakukan aktifitas sesuai kemampuan. Intervensi yang akan dilakukan adalah kaji tingkat mobilitas dan kekuatan otot, lakukan alih baring sesering mungkin, lakukan rentang gerak aktif maupun pasif, libatkan keluarga dalam support mental dan bantu kebutuhan ADL klien.
D. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan pada diagnosa yang pertama adalah pada hari pertama jam 08.55 mengkaji tingkat, intensitas dan skala nyeri. Respon dari pasien yaitu klien mengatakan terasa senut-senut dikaki kanan bawah dengan skala nyeri 4. Setelah tindakan pertama dilanjutkan tindakan kedua dan ketiga yaitu menciptakan lingkungan yang tenang dan mengajarkan teknik relaksasi. Respon pasien adalah pasien mengatakan merasa lebih nyaman. Karena pada hari kedua nyeri tidak dirasakan lagi maka tidak ada tindakan untuk diagnosa ini.
Tindakan keperawatan pada diagnosa yang kedua adalah pada hari pertama jam 09.30 dilakukan tindakan mengkaji kondisi luka dan mengganti balut dengan prinsip steril. Respon yang diberikan klien adalah klien mau dilakukan tindakan tersebut, luka terlihat kotor dan basah, diameter luka 10 cm, terdapat pus, jaringan nekrosis, warna kemerahan dan berbau. Pada jam 13.00 memberikan vitamin C 50 mg dan vitamin B complek 80 mg peroral. Respon dari klien adalah klien kooperatif, tidak mual dan tidak muntah.
Pada hari kedua pada jam 08.15 dilakukan pengukuran TTV dengan hasil tekanan darah 100/60 mmHg, suhu badan 36,7 C, nadi 88x/menit, RR 20x/menit. Pada jam 09.00 mengkaji kondisi luka dan mengganti balut dengan prinsip steril dengan respon pasien kooperatif, luka masih basah, diameter luka 10 cm, warna kemerahan, masih ada pus, ada jaringan nekrosis, ada proses granulasi. Pada jam 08.20 dan 13.30 memberikan vitamin C dan vitamin B complek dengan respon klien kooperatif, tidak mual dan tidak muntah.
Tindakan keperawatan pada diagnosa yang ketiga adalah pada hari pertama jam 08.00 mengkaji tingkat mobilitas dan kekuatan otot didapatkan kaki kanan klien tidak dapat digerakkan dan kaki kiri dapat ditekuk, kekuatan otot kaki kanan 2. Jam 09.10 melakukan alih baring, melakukan ROM aktif dan pasif, dan melibatkan keluarga dalam support mental pasien dan membantu dalam kebutuhan ADL klien. Respon yang diberikan klien adalah klien kooperatif dan keluarga bersedia memberikan support mental kepada klien.
Pada hari kedua jam 08.30 melakukan tirah baring, melakukan ROM aktif maupun pasif, memberikan semangat kepada klien untuk melakukan aktifitas sesuai kemampuan, melibatkan keluarga dalam perawatan dan support mental klien. Respon yang diberikan klien adalh klien kooperatif, klien mau makan dengan tangan sendiri, klien dapat duduk sendiri, klien merasa lebih nyaman.
E. Catatan Perkembangan
Pada diagnosa yang pertama yaitu gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, pada hari pertama jam 09.10 menunjukkan perkembangan klien mengatakan nyeri telah berkurang dengan skala nyeri 2, ini dapat dianalisakan masalah teratasi sebagian, jadi harus dilanjutkan intervensi untuk memperoreh hasil yang diinginkan. Namun pada hari kedua masalah ini tidak muncul lagi.
Untuk diagnosa yang kedua yaitu gangguan integritas jaringan kulit berhubungan dengan trauma jaringan, catatan perkembangannya pada hari kedua jam 10.00 yaitu suhu badan klien 36,7 C, nadi 88 x/menit, luka masih basah, warna kemerahan, ada jaringan nekrotik, ada proses granulasi pada luka, pus masih ada. Analisanya masalah teratasi sebagian, untuk planningnya lanjutkan intervensi ganti balut, berikan vitamin C 3x50mg dan vitamin B complek 3x80mg peroral.
Diagnosa yang ketiga adalah ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan kemampuan sekunder terhadap luka yang mempunyai perkembangan pada hari pertama jam 10.30 didapatkan data subyektif klien mengatakan belum mampu menggerakkan kaki kanannya, data obyektifnya kekuatan otot kaki kanan masih 2, klien masih memerlukan bantuan pada kebutuhan ADL. Analisis masalah belum teratasi. Pada hari kedua jam 10.15 klien mengatakan kaki kanan masih belum dapat digerakkan, kekuatan otot masih 2. analisanya masalah belum teratasi planning lanjutkan intervensi lakukan tirah baring tiap 2 jam, lakukan ROM aktif maupun pasif, beri semangat pada klien dalam melakukan aktifitas sesuai kemampuan.
ASKEP APENDISITIS ( USUS BUNTU )
A. Definisi.a. Appendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ).
b. Appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 ).
c. Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
B. Etiologi.
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktor prediposisi yang menyertai. Factor tersering yang muncul adalah obtruksi lumen.
1. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
3. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk appendiks
5. Appendik yang terlalu panjang.
6. Messo appendiks yang pendek.
7. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
8. Kelainan katup di pangkal appendiks.
C. Klasifikasi
Klasifikasi Apendisitis ada 2 :
a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
D. Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
E. Manifestasi Klinis
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus). Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
Tanda dan gejala :
1. Anoreksia biasanya tanda pertama.
2. Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian menjalar ketempat appendics yang meradang (parietal). Retrosekal/nyeri punggung/pinggang. Postekal/nyeri terbuka.
3. Diare, Muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.
F. Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di lakukan. Cairan intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi pengangkatan appendics dalam 24 jam sampai 48 jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop. Bila operasi dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda namun karena dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi klien memerlukan antibiotik dan drainase.
G. Komplikasi
1. Perforasi dengan pembentukan abses.
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.
H. Prognosis.
I. Web Of Caution (WOC
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1. Data demografi.
Nama, Umur : sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun, Jenis kelamin, Status perkawinan, Agama, Suku/bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Alamat, Nomor register.
2. Keluhan utama.
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus. Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang.
4. Riwayat penyakit sekarang
B. Pemeriksaan Fisik.
B1 (Breathing) : Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
B2 (Blood) : Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.
B3 (Brain) : Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Data psikologis Klien nampak gelisah.
B4 (Bladder) : -
B5 (Bowel) : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai indikator untuk menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal dan kadang-kadang terjadi diare
B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
B. Analisis Data
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Mual, Muntah
DO : BB ↓, anorexia Infeksi epigastrium
Inflamasi dinding usus
Mual dan muntah Nutrisi kurang dari kebutuhan
2 DS : Pasien mengeluh nyeri, rasa sakit di bag. Perut sebelah kanan bawah.
DO : nyeri tekan titik MC Burney Nyeri
3 DS : Mual, muntah
DO : BB menurun, intake cairan menurun, Volume cairan kurang dari kebutuhan
Hipertermi
Intoleran Aktifitas
Kurang pengetahuan
Data Subyektif
a. Rasa sakit di epigastrium atau daerah periumbilikus kemudian menjalar ke bagian perut bawa
b. Rasa sakit hilang timbul
c. Mual, muntah
d. Diare atau konstipasi
e. Tungkai kanan tidak dapat diluruskan
f. Rewel dan menangis
g. Lemah dan lesu
h. Suhu tubuh meningkat
5. Data Obyektif
a. Nyeri tekan titik MC.Burney
b. Bising usus meningkat, perut kembung
c. Suhu meningkat, nadi cepat
d. Hasil leukosit meningkat 10.000 – 12.000 /ui dan 13.000/ui bila sudah terjadi perforasi
Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi behubungan dengan perforasi pada Apendiks dan tidak adekuatnya pertahanan utama.
2. Volume cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan terjadinya mual dan muntah.
4. Nyeri berhubungan dengan anatomi ureter yang berdekatan dengan apendiks oleh inflamasi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi yang ditandai dengan anxietas.
6. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan keadaan nyeri yang mengakibatkan terjadinya penurunan pergerakan akibat nyeri akut.
Intervensi dan Rasional
1. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan dengan perforasi pada Apendiks dan tidak adekuatnya pertahanan utama.
Tujuan :
Kriteria Hasil : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi atau inflamasi
No. Intervensi Rasional
1. a. Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.
b. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatn luka aseptic. Berika perawatan paripurna.
c. Lihan insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka, adanya eritema.
d. Beriakn informasi yang tepat dan jujur pada pasien
e. Ambil contoh drainage bila diindikasikan.
f. Berikan antibiotic sesuai indikasi/ a. Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis.
b. Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
c. Memberikan deteksi dini terjainya proses infeksi, dan atau pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya.
d. Penetahuan tenteng kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan anxietas.
e. Kultur pewarnaan gram dan sensitifias berguna untuk mengidentifikasi organism penyebab dan pilihan terapi.
f. Mungkin diberikan secara profilaktik atau menurunkan jumlah organism (pada innfeksi yang telah ada sebelumnya) utuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga abdomen
2. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual muntah.
Tujuan :
Kriteria Hasil : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban membrane mukosa, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil, dan secara individual haluaran urine adekuat.
No. Intervensi Rasional
1. a. Awasi TD dan nadi
b. Lihat membrane mukosa, kaji turgor ulit dan pengisian kapiler
c. Awasi masuk dan haluaran, catat warna urine, konsentrasi, berat jenis.
d. Auskultasi bising usus. Cata kelancaran flatus, gerakan usus.
e. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan oral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
f. Pertahankan penghisapan gaster/usus
g. Beriakn cairan IV dan elektrolit a. Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler.
b. Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
c. Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi cairan.
d. Indikator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan per oral.
e. Menurunkan muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan.
f. Dekompresi usus, meningkatnya istirahat usus, mencegah muntah
g. Peritonium bereaksiterhadap infeksi dengan menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi dan dapat terjadi ketidakseimbangan elektrolit.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan terjadinya mual dan muntah.
Kriteria Hasil : BB normal,
No. Intervensi Rasional
1. Berikan nutrisi IV Memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
2.
Nyeri berhubungan dengan anatomi ureter yang berdekatan dengan apendiks oleh inflamasi.
Tujuan :
Kriteria hasil : Pasien tampak rileks mampu tidur/ istirahat dengan tepat.
No. Intervensi Rasional
1. Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang (supine)
2. Berikan aktivitas hiburan Focus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
3. Berikan anlgesik sesuai indikasi. Analgesic dapat menghilangkan nyeri yang diderita pasien.
4. Berikan kantong es pada abdomen Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf.
b. Appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 ).
c. Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
B. Etiologi.
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktor prediposisi yang menyertai. Factor tersering yang muncul adalah obtruksi lumen.
1. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
3. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk appendiks
5. Appendik yang terlalu panjang.
6. Messo appendiks yang pendek.
7. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
8. Kelainan katup di pangkal appendiks.
C. Klasifikasi
Klasifikasi Apendisitis ada 2 :
a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
D. Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
E. Manifestasi Klinis
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus). Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
Tanda dan gejala :
1. Anoreksia biasanya tanda pertama.
2. Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian menjalar ketempat appendics yang meradang (parietal). Retrosekal/nyeri punggung/pinggang. Postekal/nyeri terbuka.
3. Diare, Muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.
F. Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di lakukan. Cairan intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi pengangkatan appendics dalam 24 jam sampai 48 jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop. Bila operasi dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda namun karena dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi klien memerlukan antibiotik dan drainase.
G. Komplikasi
1. Perforasi dengan pembentukan abses.
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.
H. Prognosis.
I. Web Of Caution (WOC
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1. Data demografi.
Nama, Umur : sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun, Jenis kelamin, Status perkawinan, Agama, Suku/bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Alamat, Nomor register.
2. Keluhan utama.
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus. Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang.
4. Riwayat penyakit sekarang
B. Pemeriksaan Fisik.
B1 (Breathing) : Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
B2 (Blood) : Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.
B3 (Brain) : Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Data psikologis Klien nampak gelisah.
B4 (Bladder) : -
B5 (Bowel) : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai indikator untuk menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal dan kadang-kadang terjadi diare
B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
B. Analisis Data
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Mual, Muntah
DO : BB ↓, anorexia Infeksi epigastrium
Inflamasi dinding usus
Mual dan muntah Nutrisi kurang dari kebutuhan
2 DS : Pasien mengeluh nyeri, rasa sakit di bag. Perut sebelah kanan bawah.
DO : nyeri tekan titik MC Burney Nyeri
3 DS : Mual, muntah
DO : BB menurun, intake cairan menurun, Volume cairan kurang dari kebutuhan
Hipertermi
Intoleran Aktifitas
Kurang pengetahuan
Data Subyektif
a. Rasa sakit di epigastrium atau daerah periumbilikus kemudian menjalar ke bagian perut bawa
b. Rasa sakit hilang timbul
c. Mual, muntah
d. Diare atau konstipasi
e. Tungkai kanan tidak dapat diluruskan
f. Rewel dan menangis
g. Lemah dan lesu
h. Suhu tubuh meningkat
5. Data Obyektif
a. Nyeri tekan titik MC.Burney
b. Bising usus meningkat, perut kembung
c. Suhu meningkat, nadi cepat
d. Hasil leukosit meningkat 10.000 – 12.000 /ui dan 13.000/ui bila sudah terjadi perforasi
Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi behubungan dengan perforasi pada Apendiks dan tidak adekuatnya pertahanan utama.
2. Volume cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan terjadinya mual dan muntah.
4. Nyeri berhubungan dengan anatomi ureter yang berdekatan dengan apendiks oleh inflamasi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi yang ditandai dengan anxietas.
6. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan keadaan nyeri yang mengakibatkan terjadinya penurunan pergerakan akibat nyeri akut.
Intervensi dan Rasional
1. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan dengan perforasi pada Apendiks dan tidak adekuatnya pertahanan utama.
Tujuan :
Kriteria Hasil : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi atau inflamasi
No. Intervensi Rasional
1. a. Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.
b. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatn luka aseptic. Berika perawatan paripurna.
c. Lihan insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka, adanya eritema.
d. Beriakn informasi yang tepat dan jujur pada pasien
e. Ambil contoh drainage bila diindikasikan.
f. Berikan antibiotic sesuai indikasi/ a. Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis.
b. Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
c. Memberikan deteksi dini terjainya proses infeksi, dan atau pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya.
d. Penetahuan tenteng kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan anxietas.
e. Kultur pewarnaan gram dan sensitifias berguna untuk mengidentifikasi organism penyebab dan pilihan terapi.
f. Mungkin diberikan secara profilaktik atau menurunkan jumlah organism (pada innfeksi yang telah ada sebelumnya) utuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga abdomen
2. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual muntah.
Tujuan :
Kriteria Hasil : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban membrane mukosa, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil, dan secara individual haluaran urine adekuat.
No. Intervensi Rasional
1. a. Awasi TD dan nadi
b. Lihat membrane mukosa, kaji turgor ulit dan pengisian kapiler
c. Awasi masuk dan haluaran, catat warna urine, konsentrasi, berat jenis.
d. Auskultasi bising usus. Cata kelancaran flatus, gerakan usus.
e. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan oral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
f. Pertahankan penghisapan gaster/usus
g. Beriakn cairan IV dan elektrolit a. Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler.
b. Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
c. Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi cairan.
d. Indikator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan per oral.
e. Menurunkan muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan.
f. Dekompresi usus, meningkatnya istirahat usus, mencegah muntah
g. Peritonium bereaksiterhadap infeksi dengan menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi dan dapat terjadi ketidakseimbangan elektrolit.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan terjadinya mual dan muntah.
Kriteria Hasil : BB normal,
No. Intervensi Rasional
1. Berikan nutrisi IV Memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
2.
Nyeri berhubungan dengan anatomi ureter yang berdekatan dengan apendiks oleh inflamasi.
Tujuan :
Kriteria hasil : Pasien tampak rileks mampu tidur/ istirahat dengan tepat.
No. Intervensi Rasional
1. Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang (supine)
2. Berikan aktivitas hiburan Focus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
3. Berikan anlgesik sesuai indikasi. Analgesic dapat menghilangkan nyeri yang diderita pasien.
4. Berikan kantong es pada abdomen Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf.
Sabtu, 28 Januari 2012
SATUAN ACARA PENYULUHAN D I A R E
SATUAN ACARA PENYULUHAN
D I A R E
Topik : Diare
Sub Topik : Pencegahan dan Pertolongan Pertama Diare
Hari/Tanggal :
Waktu / Jam :
Tempat :
Peserta :
Penyuluh : 
I. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan warga kelurahan RW 05 mampu mengetahui cara – cara pencegahan dan penanganan diare dan dapat diaplikan dalam kehidupan sehari – hari.
II. TUJUAN KHUSUS
Serelah diberikan penyuluhan selama 30 menit warga rw 05 mampu :
ü Menjelaskan pengertian Diare
ü Menjelaskan tentang penyebab diare
ü Menjelaskan tentang bahaya diare
ü Menjelaskan cara menangani diare
ü Menyebutkan nutrisi bagi penderita diare
ü Menjelaskan cara pencegahan diare
III. MATERI
1. Pengertian Diare
2. Penyebab Diare
3. Cara Penanganan diare
4. Nutrisi bagi penderita diare
5. Pencegahan diare
IV. METODA
Ceramah Dan Tanya Jawab
V. MEDIA
Poster, Alat Peraga
B. EVALUASI :
Dilakukan setelah ceramah diberikan dengan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan
A. MATERI PENYULUHAN DIARE
1. PENGERTIAN DIARE
Diare adalah berak cair yang melebih dari kebiasaan sehari – hari. Diare sangat bebahaya karena terjadi kehilangan cairan. Keadaan ini diumpamakan seperti tanaman yang kekurangan cairan, sehingga lama - kelamaan akan layu dan mati. Begitu juga dengan manusia, bila terjadi diare maka tubuh akan kehilangan cairan dan apabila keadaan ini tidak ditangani maka dapat menyebabkan kematian.
2. PENYEBAB DIARE
Diare disebabkan oleh masuknya kuman kedalam tubuh melaui perantara hewan, kuman yang berada dalam makanan, air, melalui tubuh (tidak mencucui tangan waktu makan) Penyebab lainnya dalah :
v Kondisi psikologis yang tidak stabil
v Makanan yang merangsang peristaltic usus
v Makanan pedas dll.
3. CARA PENANGANAN DIARE
Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga pednerita harsu diberi cairan sebanyak munghkin untuk mengganti cairan yang hilang. Sebagai pertolongan pertama, diberi cairan rumah tangga seperti air tajin, air sayur, air matang, teh. Disamping itu, harus diberi cairan elektrolit berupa oralit. Jika tidak ada oralit, bias menggunakan larutan gula garam. Cara pembuatannya sebagai berikut : satu sendok the munjung gula pasir, seperempat sendok the mujung garan, dilarutkan dalam satu gelas air matang ( 200 cc). Selanjutnya penderita diberi minum
4. NUTRISI BAGI PENDERITA DIARE
Kondisi persitaltik usus yang tidak memungkinkan, maka perlu diberi makanan yang lunak untuk membantu peristaltic usus. Bagi bayi yang masih menyusui, ASI tetap diberikan dan Pasi di encerkan.
5. PENCEGAHAN DIARE
v Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
v Menutup makanan dan minuman
v Mencuci makanan/ sayuran
v Selalu minum air yang sudah dimasak
v Menjaga kebersihan diri
v Menjaga kebersihan lingkungan : Rumah, aluran air, sampah di buang pada tempatnya dan ditutup
v Makan makanan yang sehat / bergisi
Bila telah dialkukan upaya pertolongan pertama naum diare masih terus berlangsung segera bawa penderita ke pusat pelayanan kesehatan terdekat
Langganan:
Komentar (Atom)